Sabtu, 12 Juni 2010

PENDERITAAN SAHABATKU

By rahmatul ummah

Namaku jelita Septiana. Aku ingin mempunyai seorang yang bias diajak curhat. Hampir dua minggu ini aku mencari sahabat, tapi tidak ada yang cocok dengan perasaanku. Suatu hari ketika pulang sekolah aku melihat yang mengangkut barang-barang. “ pak, itu barang milik siapa ? “ tanyaku pada ayah.

“ itu barang milik tetangga baru kita “ jawab ayah dengan semangat hati bangga sekali, karena aku merasakan kalau aku akan mempunyai seorang sahabat.

Tiba-tiba disela kebahagiaan, hatiku betanya-tanya. “ apakah dia mau jadi sahabatku ? “ hatiku terus bertanya-tanya. “ door ! “ bentak ayahku.

Aku tersentak kaget dengan suara ayah.

“ kamu pasti melamun “ tebak ayahku.

“ nggak ayah “

Setelah ayah menemani aku, ayahku kembali meninggalkanku. Besok paginya aku mencoba untuk tetangga baru itu.

“ what is your name ? “

“ my name is jelita septiana, and you ? “

“ my name is Melinda aflencia. ”

Aku mulai bingung ingin becakap-cakap dengan Melinda, tapi aku tidak begitu hebat dengan bahasa inggris. Terpaksa aku berkata dengan bahasa Indonesia. Akhirnya dia bisa tahu kata yang telah aku ucapkan.

Karena hari ini hari libur aku dan Melinda pergi kesebuah taman yang sudah terkenal didaerahku. Aku diajari beberapa hal oleh Melinda, antara lain meluikis, menyanyi, bermain piano dan menari balet. Lama kelamaan akupun sudah biasa. Suatu hari, tepat pada acara lomba menggambar, aku diberi tugas untuk menyanyi dengan memakai alat musik piano.selesai aku menyanyi, aku disorakin oleh para penonton. Hingga ketika acara perlombaan selesai, pemenang diumumkan untuk diberi hadiah. Akupun juga diberi hadiah piano dan gelar sebagai pemain pianio yang handal. “ akhirnya aku bias membahagiakan ayahku “ sorakku diatas panggung, dan ternyata Melinda juga menontonku, tapi dia duduk dipojok sendiri.

Usai acara akupun berpelukan dengan Melinda. Sebagai rasa terima kasih aku ingin menjadikan Melinda sebagai sahabat. Akupun juga sudah menceritakan seluruh kehidupanku. Melindapun terharu dan ia mau menerimaku sebagai sahabatnya.

Hampir satu minggu ini Melinda selalu bertamu kerumahku. Pada hari pertama dari satu minggu Melinda datang kerumahku untuk memberi sebuah kado kecil yang berisi kalung. “ thank you ya. “

“ yes “, kitapun memakainya bersama-sama.kita mencoba berpose bersama-sama didepan kaca almariku. “ wah ! seperti anak kembar “ kataku. Melindapun tersenyum puas.dan akupun bahagia karena Melinda sudah mau tidur dirumahku, mandi, sampai makanpun dirumahku. Paginya Melinda nggak bisa sekolah karena penyakitnya kambuh. Aku yang dikabari oleh ayah mersa tersentak dengan seketika. Aku segera berlari untuk ganti baju dan pergi kerumah sakit. Ketika aku akan keluar dari kamar, aku melihat sebuah kertas yang tergeletak diatas kasurku yang sudah kusam. Akupun mengambilnya dengan seketika. Perlahan-lahan akupun membukanya.

Rumah sakit islam

Nama : Melinda aflencia

Negara : prancis

Gejala : tbc – paru-paru

Akupun menutup kembali surat itu dan meletakan diatas kursi yang sudah tua ( reot ) kemudian aku keluar dari kamar dan menumpang naik mobil truk. Sampai dirumah sakit aku bertanya kepada seorang suster. “ suster, kamar Melinda aflencia dimana? “

“ kamar 117 “ kata suster. Akupun kembali berjalan dan mencari kamar Melinda. “ ini kamar Melinda! “tebakku dengan semangat. Aku segera melihat nomor yang tertera dipintu. Tanpa bengong akupun masuk kedalam. Kakiku berjal;an sedikit demi sedikit untuk menghampiri ranjang Melinda. Lama kelamaan aku meneteskan air mata. Aku tengok-tengok kanan-kiri keluarganya sangat sedih dan penuh tangisan. Hingga nggak bias berbicara dengan orang tua Melinda. Akupun keluar dari kamar dan naik bis. Tanpa kusadari, didalam bis aku teringat, kalau aku tidak membawa sepeserpun uang. Ketika ada penarikan auku sangat takut. Tiba-tiba aku dikageti oleh sang penarik bis. “ mbak uangnya mana? “

“ maaf mas, saya nggak bawa uang “ kataku dengan penuh ketakutan, “ kalau begitu serahlan kalungmu itu! “ terpaksa akupun menyerahkan kalung itu. Hatiku begitu sangat sedih. Ketika aku turun dari bis, aku segera masuk kamar, aku semakin menangis. Ayahku makin heran, terpaksa iapun masuk kedalam kamarku.

Ayahku duduk disampingku, “ kamu kenapa? “

Akupun menceritakan seluruh kejadian yang telah aku alami tadi. “ kalau begitu, sekarang kamu makan ya?! “ “ baik ayah. “ akupun keluar dari kamar dan menuju ruang makan yang meja dan kursinya sudah bolong-bolong. Hari ini aku mengambil celenganku dan mengambil uangnya untuk membeli buah-buahan dipasar. Ternyata semua buah-buahan pada mahal terpaksa akupun pulang dengan tangan hampa.

Satu bulan telah menyambut dan ujianpun telah dating. Melinda belum juga sembuh. Belakangan ini tidak pernah kerumah sakit, karena aku harus mengikuti ujian. Hingga ujian selesai dan pengumumanpun tiba. Pak kepala sekolahpun mengumumkan tentang anak yang mendapat juara. Hatiku makin bercampur-campur, dan pengumumanpun dimulai.

“ peringkat pertama diraih oleh jelita septiana “ aku nggak merasa bangga dengan apa yang telah aku raih. Karena aku piker, aku akan lebih bangga kalau Melinda sudah sembuh. Akupun menghindari dari tempat itu dan pulang kerumah. Dirumah aku menggembala saspi-sapiku. Aku ceritakan semua masalahku kepada sapi kesayanganku, ketika aku asyik bermain dengan sapiku, tiba-tiba aku melihat sebuah mobil yang lewat dihadapanku. Akupinlari terbirit-birit untuk pulang kerumah, rasanya hatiku berbunga-bunga untuk m,enyambut kedatangan Melinda. dan ternyata bukan Melinda yang dating. Hatiku sedih seakan bunga-bunga yang ada didalam hatiku telah berguguran. Akupun kembali kesawah dan membawa sapiku pulang. Ketika aku masuk kerumah ayah menyuruhku untuk duduk disampingnya.

“ ada apa ayah? “ aktaku dengan penasaran.

“ kenapa kamu tidak makan selama dua hari? “

Aku hanya menundukan kepala sebagai tanda aku tidak bias menjawab. Ayahpun juga ikut diam. Dari pada diam ayahpun mnyuruhku untuk makan dan kemudian istirahat. Akupun segera melaksanakanya. Ketika aku istirahat, tiba-tiba mendengar suara gaduh, terpaksa akupun keluar dari kamar. Aku segera membuka pintu, diluar,mataku masih belum bias dibuka, tapi aku sudah tersentak kaget oaleh suara petasan. “ masyaAllah! “ kataku sambil melompat. Dengan cepat mataku terbuka. “malinda? “ kataku sambil berlari menuju rumahnya. Aku sempat kaget ketika Melinda memakai kursi roda. Tanpa berdiam diri, akupun menuju depan kursi roda Melinda, “ mel, aku tetap bersahabat denganmu, walaupun keadaanmu seperi ini. “ kataku sambil meneteskan air mata. Melinda menggenggam tanganku dan kita berpelukan sebagai tanda persahabaatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar